Konsep menjual menyatakan bahwa konsumen, jika diabaikan, biasanya
tidak akan membeli produk orgainisasi dalam jumlah yang cukup. Karena
itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang
agresif.
Konsep ini mengasumsikan bahwa konsumen malas atau enggan melakukan
pembelian dan untuk itu harus didorong. Juga diasumsikan bahwa
perusahaan memiliki cara penjualan dan peralatan promosi yang efektif
untuk merangsang lebih banyak pembelian.
Konsep menjual paling banyak dianut untuk barang yang tidak dicari,
yaitu barang-barang yang biasanya tidak terpikirkan oleh pembeli untuk
dibeli, seperti asuransi, ensiklopedi, dan tanah pemakaman.
Industri-industri ini telah menyempurnakan berbagai teknik penjualan
untuk menemukan calon pembeli dan berusaha keras menjual keunggulan
produk mereka.
Konsep menjual juga dipakai dalam organisasi nirlaba oleh pengumpul
dana, bagian penerimaan mahasiswa dan partai politik. Suatu partai
politik akan “menjual” calonnya dengan gencar. Sang calon berkeliling ke
daerah pemilihan dari pagi sampai sore, bersalaman, mencium bayi,
bertemu dengan penyandang dana dan berpidato. Sangat banyak uang yang
dikeluarkan untuk iklan di radio dan televisi, poster, dan surat.
Kelemahan calon ditutup-tutupi, karena tujuannya melakukan penjualan
bukannya keputusan setelah penjualan. Setelah pemilihan umum, pejabat
baru tersebut terus menganut orientasi penjualan dalam menghadapi
warganya. Sedikit sekali riset yang dilakukan mengenai apa yang di
inginkan masyarakat dan banyak penjualan yang dilakukan untuk membuat
masyarakat menerima kebijakan yang di inginkan politisi atau partai
tersebut.
Kebanyakan perusahaan menganut konsep menjual ini jika mereka
kelebihan kapasitas. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka
hasilkan, bukannya membuat apa yang pasar inginkan. Dalam perekonomian
industrial (yaitu, pembeli lebih dominan) dan penjual harus berjuang
keras untuk mendapatkan pelanggan. Calon pembeli diberondong dengan
iklan televisi, iklan di surat kabar, iklan melalui surat dan penjualan
melalui telepon. Di setiap tempat, seseorang sedang berusaha menjual
sesuatu. Akibatnnya, masyarakat sering mengidentifikasi pemasaran dengan
usaha keras penjualan dan
periklanan.
periklanan.
Karena itu, banyak orang terkejut saat mereka diberitahu bahwa bagian
terpenting dalam pemasaran bukanlah menjual. Menjual hanyalah puncak
dari gunung es pemasaran. Peter Drucker, salah seorang ahli manajemen
terkemuka, menyatakan :
Seseorang dapat mengasumsikan bahwa penjualan selalu tetap
dibutuhkan. Namun, tujuan pemasaran adalah membuat kegiatan menjual
berjalan lancar. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami para
pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan cocok dengan mereka dan dapat terjual dengan sendirinya.
Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap untuk
membeli. Sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produk atau
jasa tersebut tersedia…
Ketika Sony merancang Walkman, ketika Nitendo merancang permainan
video yang unggul, dan ketika Toyota memperkenalkan mobil Lexusnya,
pabrikan-pabrikan ini kebanjiran pesanan karena mereka telah merancang
produk yang “tepat”.
Memang, pemasaran berdasarkan penjualan yang keras memiliki resiko
yang tinggi. Pandangan ini mengasumsikan bahwa pelanggan yang berhasil
dibujuk untuk melakukan pembelian suatu produk akan menyukainya dan jika
mereka tidak menyukainya, mereka tidak akan menjelek-jelekkannya atau
mengajukan keluhan pada organisasi konsumen. Dan mereka mungkin akan
melupakan ketidakpuasan mereka dan membeli kembali produk tersebut.
Asumsi ini tidak beralasan. Suatu studi menunjukkan bahwa pelanggan yang
tidak puas akan menjelek-jelekkan produk yang bersangkutan kepada
sepuluh atau lebih kenalannya, kabar buruk menyebar dengan cepat.
Pengertian Konsep Penjualan